Aku sangat menyukai sepakbola, terutama klub kebanggaanku Inter Milan. Pada awalnya bukanlah klubnya yang kucintai.. melainkan sosok pemainnya yaitu Luiz Nazaria de Lima Ronaldo atau yang sering dipanggil Ronaldo, dengan kecepatan dan akselerasinya saat itu, membuat aku yang kala itu berusia15 tahun
sangat ingin menonton setiap pertandingan Brazil terlebih aku tahu kalau Inter Milan merupakan klubnya saat itu.
Apalagi dengan masuknya nama-nama lain seperti Roberto bagio, Clerance Seedorf, Christian Vieri, kembalinya Recoba dari pinjaman, Hakan Sukur, Emre, Edgar Davids dan lain sebagainya sayang sampai saat itu belum ada satu prestasi pun yang bisa diraih oleh Inter Milan hanyalah piala Uefa tahun 1998 yang kutahu (tapi tak ku tonton saat itu karena baru
menyukai Inter sudah masuk musim kompetisi tahun 1998/1999).Perasaan yang paling menyesakan adalah saat Inter Milan melalui pertandingan terakhir menghadapi Lazio pada musim
kompetisi 2001/2002, tampil sebagai calon kuat sebagai pe
milik scudetto karena pada klasemen saat itu Inter berada pada posisi pertama beda 1 point dengan juventus dan 2 point dengan AS Roma, apalagi mental para pemain Inter sedang bagus-bagusnya
Tahun 2002 setelah Piala Dunia Ronaldo pindah ke Real Madrid, saat itu perasaanku sebagai suporter Inter Milan sangat pesimis terhadap prestasi Inter Milan, disanalah teruji rasa cintaku terhadap klub ini, ternyata kepergian Ronaldo tidak menyurutkan aku untuk mencintai Inter Milan,
sampai saat kembalinya Adriano dari pinjaman, hadirnya Batistuta serta deretan bintang lainnya, walaupun sampai tahun 2005 Inter berhasil meraih Juara Coppa Italia inilah prestasi pertama yang kutonton selama menyaksikan klub ku bertanding namun belum ada scudetto yang diraih Inter Milan, tapi cinta terhadap klub ini terlanjur
besar.
Hingga terjadi kasus Calciopoli yang menyeret Juventus ke Serie-B dan memantabkan Inter Milan menjadi peraih Scudetto masa itu, itulah prestasti pertama yang kurasakan kurun waktu menjadi suporter Inter Milan, namun scudetto itu hambar rasanya karena bagiku scudetto itu ibarat pemberian dari musuh.
Datangnya Zlatan Ibrahimovic membuat aku merasakan aura superstar yang pernah kurasakan saat adanya Ronaldo di klub ini, begitu cintanya aku terhadap striker hidung panjang ini terlebih kedatangannya memberikan aura positif bagi Inter Milan dengan selalu memenangi Scudetto hingga tahun 2008/2009, sang superstar pun pergi dan jujur sebagai suporter Inter dan sebagai fans fanatik Ibrahimovic aku merasa sangat kehilangan. Namun tak disangka datangnya Sneidjer, Thiago Motta, Diego Militto, Goran Pandev serta pengganti Ibra, Samuel Eto'o mampu mengejutkan mata dunia. tepatnya beberapa bulan yang lalu Inter Milan meraih Trebbel Winners (Coppa Italia, Serie-A, Liga Champions) dibawah asuhan sang allenatore Jose Mourinho, tak pelak sejenak Ibra aku tinggalkan dan aku sangat mengidolakan sosok Jose Mourinho walaupun ia selalu dikecam oleh publick sebagai
pelatih yang sombong. Disitu aku melihat Ibrahimovic yang kala itu berseragam Barcelona, karena keinginanya memiliki trofi Liga Champions ia kemudian bersikukuh untuk pindah ke Barcelona dan Samuel Eto'o dijadikan alat tukar untuknya justru Inter Milan klub yang diting
galkanya menjadi pemenang saat itu, dan aku pun berkata "KAMI TAK PERLU MENJADI BARCELONA UNTUK MEMENANGI LIGA CHAMPIONS, DAN AKU TAK PERLU MENJADI SEORANG FANS BARCELONA UNTUK MELIHAT TIM KU MEMENANGI LIGA CHAMPIONS".
Hingga Ibra yang tak akur dengan Guardiola harus angkat kaki dari Barca, namun ternyata dengan dalih Profesionalisme ia kembali ke Italia dan membela Rival Berat klub ku AC MILAN, alasan profesionalisme memang alasan yang masuk akal, tapi hati nurani sebenarnya harus juga berbi
cara, betapa tidak 5 musim Ibra membela Inter Milan dan saat ini ia membela rival satu kota, bukan hanya sakit hati kami sebagai suporter Inter Milan tapi juga melahirkan kebencian yang mendalam terhadapnya terlebih saat pertemuan pertama musim ini AC Milan menang 1-0 atas Inter dan pencetak gol tersebut adalah Ibrahimovic. Tapi Interku yang tak patah semangat terus melaju, diawal kompetisi ini Interku memang belum bisa menunjukkan peforma nya sebagai klub yang memenangi gelar Treble Winner musim lalu, tapi perlahan dengan seiring kembalinya para pemain dari cedera, Inter Milan semakin memperlihatkan hasil yang positif.
Kembali Jayalah Inter Milanku, kalahkan musuhmu.. kami selalu mendukungmu "PAZZA INTER AMALA"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar